Rabu, 20 April 2016

ASI: Kado Istimewa Ibu untuk Sang Buah Hati

ASI: Kado Istimewa Ibu untuk Sang Buah Hati



Untaian doa untuk ibu yang baru saja menimang buah hatinya turut mengawali sebuah harapan agar sang bayi tumbuh menjadi anak yang kuat dan sehat. Salah satu usaha untuk membentuk anak yang sehat tentu saja dengan pemberian asupan nutrisi yang tepat. Nutrisi terbaik bagi bayi yang baru lahir adalah ASI (Air Susu Ibu).

Keistimewaan ASI
ASI merupakan susu sekaligus makanan terbaik bagi bayi manusia. Tidak ada satu susu pun, meskipun susu tersebut adalah susu sapi, kambing, atau susu lain yang telah diformulasi dengan berbagai zat gizi, yang mampu melebihi keunggulan komposisi ASI. Komposisi ASI telah disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing bayi sejak awal kehidupannya.

Pada hari-1 sampai hari-4, ASI yang keluar merupakan kolostrum yang kaya akan protein yang mampu menjaga daya tahan tubuh. Pada hari-3 sampai kurang lebih hari-10, ASI yang keluar disebut sebagai ASI transisi dimana kadar proteinnya berkurang namun kadar karbohidrat, lemak, serta volumenya pun meningkat. Setelah hari-10, ASI mature yang merupakan susu padat sudah mampu memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi.

Komposisi ASI juga berbeda dari setiap semburan yang keluar. Semburan yang pertama, yang keluar pada 5-10 menit pertama disebut foremilk. Susu ini lebih encer dengan kadar lemak yang lebih rendah. Semburan berikutnya disebut hindmilk dengan kandungan protein, karbohidrat, dan lemak yang lebih lengkap. Semburan pertama memang berkomposisi lebih ringan agar pencernaan bayi lebih siap menerima ASI dengan lemak yang lebih tinggi. Pemberian ASI kepada bayi secara eksklusif yaitu selama 6 bulan awal kehidupannya kemudian diteruskan hingga 2 tahun bersama makanan pendamping.

ASI memiliki banyak keistimewaan antara lain:
Merupakan susu yang paling tepat dan lengkap nutrisinya di setiap tahapan pertumbuhan bayi dari hari ke hari. Meski di dalam susu sapi (sebagai contoh susu yang paling banyak diberikan pada bayi dan anak-anak) juga terdapat komponen nutrisi yang sama atau (diklaim) lebih banyak daripada ASI, namun komposisi dan bentuk senyawa nutrien tersebut tidak mampu menyamai kandungan nutrisi dalam ASI. ASI memiliki lebih dari 200 biofactors system (nutrisi terintegrasi dalam jumlah dan perbandingan yang tepat) sehingga dapat menghasilkan nutrisi tumbuh kembang dan perlindungan/daya tahan tubuh yang optimal. Sebagai contohnya, kandungan laktosa dalam ASI lebih mudah dicerna oleh pencernaan bayi daripada laktosa yang ada pada susu sapi karena di dalamnya terkandung materi laktase sebagai bahan pembentuk enzim laktase yang berfungsi memecah laktosa menjadi senyawa yang lebih sederhana yang lebih mudah dicerna oleh pencernaan bayi. Apabila laktosa tidak dapat dicerna oleh pencernaan bayi, yang terjadi adalah diare bahkan muntah-muntah yang sering dialami oleh bayi yang mengkonsumsi susu sapi.

ASI mengandung faktor protektif (pelindung) sehingga bayi yang mendapatkan ASI memiliki kekebalan tubuh yang lebih baik sehingga jarang terkena penyakit. Tidak ada bayi yang alergi terhadap ASI karena immunoglobulin pada kolostrum selain sebagai antibakteri juga berfungsi untuk mencegah terserapnya makromolekul asing yang dapat memicu alergi. Berdasar penelitian, anak yang mendapatkan ASI umumnya memiliki kecerdasan lebih dibanding anak yang tidak diberi ASI eksklusif. Bagi sang ibu, pemberian ASI dapat mempercepat pengecilan rahim dan mencegah terjadinya perdarahan pasca melahirkan melalui mekanisme hormon oksitosin. Selain itu, pemberian ASI mampu mengurangi resiko kanker payudara dan kanker ovarium. Menyusui mampu memperkuat ikatan emosional antara ibu dengan sang bayi. Bayi akan merasa aman dan nyaman dalam dekapan ibunya. Hubungan kasih sayang yang kokoh ini dapat memberikan efek positif pada perkembangan psikologi anak. ASI selalu tersedia, praktis, steril, dan selalu dalam suhu yang pas untuk diminum. Tidak perlu ada dana khusus yang disediakan untuk "membeli" ASI karena ASI bisa didapatkan gratis dari ibu tidak sebagaimana susu formula.

Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Salah satu kunci awal keberhasilan program ASI eksklusif adalah dengan melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). IMD adalah bagian dari proses persalinan normal dimana bayi yang lahir dalam satu jam kehidupannya langsung ditengkurapkan di atas perut ibunya dan dibiarkan mencari sendiri puting ibunya, tanpa bantuan siapapun.

Dengan insting penciumannya, biasanya bayi akan menemukan puting ibunya setelah 30-50 menit. Setelah itu, refleks mengisap yang dimiliki bayi sejak dalam kandungan akan segera difungsikan kembali. Proses IMD masih berlanjut dengan membiarkan sang bayi menyusu minimal setengah jam.

Begitu lahir, tali pusat bayi dipotong dan tubuhnya dibersihkan dari kotoran yang menempel. Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin to skin contact). Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Kondisi ini akan menimbulkan kehangatan dan ikatan batin. Tidak perlu khawatir bayi akan kedinginan karena kulit dada ibu yang baru saja melahirkan bersuhu satu derajat lebih hangat daripada ibu yang tidak melahirkan. Kalau bayi kedinginan, suhu tubuhnya pun akan naik secara otomatis dua derajat. Begitu bayi merasa kepanasan, suhu kulit ibu pun akan menyesuaikan dengan turun satu derajat.
Pengaturan suhu alami dalam skin to skin contact ketika IMD ini, menurut dr. Utami Roesli, Sp.A., MBA, IBCLCC, ketua Sentra Laktasi Indonesia, lebih bagus daripada alat inkubator yang biasa digunakan untuk menghangatkan bayi. Selanjutnya, bayi dibiarkan mencari sendiri puting ibunya dan mengisapnya sedikitnya selama 30 menit. Keluar atau tidaknya ASI pada waktu itu bukanlah suatu masalah. Yang penting adalah memberikan kesempatan bayi untuk menjalankan insting mencari sumber makanannya yaitu puting ibunya.

IMD memberikan beberapa manfaat baik bagi ibu maupun bayinya. Manfaat tersebut antara lain:
Bayi mendapatkan zat-zat gizi penting yang terkandung dalam kolostrum sehingga terhindar dari berbagai penyakit yang rentan menimpanya. IMD memberikan kesempatan yang lebih besar bagi bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan karena sejak awal bayi sudah dikenalkan dengan puting susu ibu sehingga akan terbiasa dan lebih mudah mengisap ASI. Teknik mengisap puting yang benar akan melancarkan produksi ASI selanjutnya sehingga kemungkinan ibu memiliki masalah dengan ASI semakin kecil. Mempercepat penghentian perdarahan sesudah melahirkan pada ibu melalui mekanisme perangsangan kontraksi otot rahim. Oleh karena itu, rahim ibu akan lebih cepat kembali seperti semula.

ASI: Kado Istimewa dari Ibu untuk Sang Buah Hati
Setelah pemaparan di atas mengenai ASI, maka dengan niat serta tekad yang kuat untuk 'mencetak' generasi yang sehat, maka ibu yang mau dan mampu memberikan ASI secara eksklusif kepada anaknya, berarti telah memberikan hadiah yang sangat istimewa bagi buah hatinya. Banyak sekali ibu yang dengan rela dan senang hati memberikan susu sapi pada anaknya dengan berbagai alasan yang sesungguhnya masih dapat diatasi.

Kalaupun ibu tidak mampu memberikan ASI-nya sendiri kepada bayinya karena permasalahan medis (yang sudah ditegakkan diagnosa oleh dokter terutama praktisi laktasi), maka masih ada jalan penyusuan melalui wanita lain (ibu susu). Yang terpenting dalam hal ini, ibu harus memiliki niat untuk selalu memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. Dan yang susu yang terbaik adalah ASI, bukan susu yang lain.

Sumber:
Buklet Tabloid Nakita, Bayi ASI, Bayi Gold Medal, no. 488/th. X/9 Agustus 2008Buklet Tabloid Nakita, Indahnya Tahun Pertama, no.522/th. X/30 Maret 2009Sunardi, dr., 2008, Ayah, Beri Aku ASI, Aqwamedika : SoloTabloid Nakita no.464/th.IX/23 Februari 2008


Tidak ada komentar:

Posting Komentar