ASI: Kado
Istimewa Ibu untuk Sang Buah Hati
Untaian doa untuk ibu yang baru saja
menimang buah hatinya turut mengawali sebuah harapan agar sang bayi tumbuh
menjadi anak yang kuat dan sehat. Salah satu usaha untuk membentuk anak yang
sehat tentu saja dengan pemberian asupan nutrisi yang tepat. Nutrisi terbaik
bagi bayi yang baru lahir adalah ASI (Air Susu Ibu).
Keistimewaan ASI
ASI merupakan susu sekaligus makanan
terbaik bagi bayi manusia. Tidak ada satu susu pun, meskipun susu tersebut
adalah susu sapi, kambing, atau susu lain yang telah diformulasi dengan
berbagai zat gizi, yang mampu melebihi keunggulan komposisi ASI. Komposisi ASI
telah disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing bayi sejak awal kehidupannya.
Pada hari-1 sampai hari-4, ASI yang
keluar merupakan kolostrum yang kaya akan protein yang mampu menjaga daya tahan
tubuh. Pada hari-3 sampai kurang lebih hari-10, ASI yang keluar disebut sebagai
ASI transisi dimana kadar proteinnya berkurang namun kadar karbohidrat, lemak,
serta volumenya pun meningkat. Setelah hari-10, ASI mature yang merupakan susu
padat sudah mampu memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi.
Komposisi ASI juga berbeda dari setiap
semburan yang keluar. Semburan yang pertama, yang keluar pada 5-10 menit
pertama disebut foremilk. Susu ini lebih encer dengan kadar lemak yang lebih
rendah. Semburan berikutnya disebut hindmilk dengan kandungan protein,
karbohidrat, dan lemak yang lebih lengkap. Semburan pertama memang berkomposisi
lebih ringan agar pencernaan bayi lebih siap menerima ASI dengan lemak yang
lebih tinggi. Pemberian ASI kepada bayi secara eksklusif yaitu selama 6 bulan
awal kehidupannya kemudian diteruskan hingga 2 tahun bersama makanan
pendamping.
ASI memiliki banyak keistimewaan antara
lain:
Merupakan susu yang paling tepat dan
lengkap nutrisinya di setiap tahapan pertumbuhan bayi dari hari ke hari. Meski
di dalam susu sapi (sebagai contoh susu yang paling banyak diberikan pada bayi
dan anak-anak) juga terdapat komponen nutrisi yang sama atau (diklaim) lebih
banyak daripada ASI, namun komposisi dan bentuk senyawa nutrien tersebut tidak
mampu menyamai kandungan nutrisi dalam ASI. ASI memiliki lebih dari 200
biofactors system (nutrisi terintegrasi dalam jumlah dan perbandingan yang
tepat) sehingga dapat menghasilkan nutrisi tumbuh kembang dan perlindungan/daya
tahan tubuh yang optimal. Sebagai contohnya, kandungan laktosa dalam ASI lebih
mudah dicerna oleh pencernaan bayi daripada laktosa yang ada pada susu sapi
karena di dalamnya terkandung materi laktase sebagai bahan pembentuk enzim
laktase yang berfungsi memecah laktosa menjadi senyawa yang lebih sederhana
yang lebih mudah dicerna oleh pencernaan bayi. Apabila laktosa tidak dapat
dicerna oleh pencernaan bayi, yang terjadi adalah diare bahkan muntah-muntah
yang sering dialami oleh bayi yang mengkonsumsi susu sapi.
ASI mengandung faktor protektif
(pelindung) sehingga bayi yang mendapatkan ASI memiliki kekebalan tubuh yang
lebih baik sehingga jarang terkena penyakit. Tidak ada bayi yang alergi
terhadap ASI karena immunoglobulin pada kolostrum selain sebagai antibakteri
juga berfungsi untuk mencegah terserapnya makromolekul asing yang dapat memicu
alergi. Berdasar penelitian, anak yang mendapatkan ASI umumnya memiliki
kecerdasan lebih dibanding anak yang tidak diberi ASI eksklusif. Bagi sang ibu,
pemberian ASI dapat mempercepat pengecilan rahim dan mencegah terjadinya
perdarahan pasca melahirkan melalui mekanisme hormon oksitosin. Selain itu,
pemberian ASI mampu mengurangi resiko kanker payudara dan kanker ovarium.
Menyusui mampu memperkuat ikatan emosional antara ibu dengan sang bayi. Bayi
akan merasa aman dan nyaman dalam dekapan ibunya. Hubungan kasih sayang yang
kokoh ini dapat memberikan efek positif pada perkembangan psikologi anak. ASI
selalu tersedia, praktis, steril, dan selalu dalam suhu yang pas untuk diminum.
Tidak perlu ada dana khusus yang disediakan untuk "membeli" ASI
karena ASI bisa didapatkan gratis dari ibu tidak sebagaimana susu formula.
Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Salah satu kunci awal keberhasilan
program ASI eksklusif adalah dengan melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
IMD adalah bagian dari proses persalinan normal dimana bayi yang lahir dalam
satu jam kehidupannya langsung ditengkurapkan di atas perut ibunya dan
dibiarkan mencari sendiri puting ibunya, tanpa bantuan siapapun.
Dengan insting penciumannya, biasanya
bayi akan menemukan puting ibunya setelah 30-50 menit. Setelah itu, refleks
mengisap yang dimiliki bayi sejak dalam kandungan akan segera difungsikan
kembali. Proses IMD masih berlanjut dengan membiarkan sang bayi menyusu minimal
setengah jam.
Begitu lahir, tali pusat bayi dipotong
dan tubuhnya dibersihkan dari kotoran yang menempel. Tanpa dibedong, bayi
langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak langsung antara
kulit bayi dengan kulit ibu (skin to skin contact). Ibu dan bayi diselimuti
bersama-sama. Kondisi ini akan menimbulkan kehangatan dan ikatan batin. Tidak
perlu khawatir bayi akan kedinginan karena kulit dada ibu yang baru saja
melahirkan bersuhu satu derajat lebih hangat daripada ibu yang tidak
melahirkan. Kalau bayi kedinginan, suhu tubuhnya pun akan naik secara otomatis
dua derajat. Begitu bayi merasa kepanasan, suhu kulit ibu pun akan menyesuaikan
dengan turun satu derajat.
Pengaturan suhu alami dalam skin to skin
contact ketika IMD ini, menurut dr. Utami Roesli, Sp.A., MBA, IBCLCC, ketua
Sentra Laktasi Indonesia, lebih bagus daripada alat inkubator yang biasa
digunakan untuk menghangatkan bayi. Selanjutnya, bayi dibiarkan mencari sendiri
puting ibunya dan mengisapnya sedikitnya selama 30 menit. Keluar atau tidaknya
ASI pada waktu itu bukanlah suatu masalah. Yang penting adalah memberikan
kesempatan bayi untuk menjalankan insting mencari sumber makanannya yaitu
puting ibunya.
IMD memberikan beberapa manfaat baik
bagi ibu maupun bayinya. Manfaat tersebut antara lain:
Bayi mendapatkan zat-zat gizi penting
yang terkandung dalam kolostrum sehingga terhindar dari berbagai penyakit yang
rentan menimpanya. IMD memberikan kesempatan yang lebih besar bagi bayi untuk
mendapatkan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan karena sejak awal bayi sudah
dikenalkan dengan puting susu ibu sehingga akan terbiasa dan lebih mudah
mengisap ASI. Teknik mengisap puting yang benar akan melancarkan produksi ASI
selanjutnya sehingga kemungkinan ibu memiliki masalah dengan ASI semakin kecil.
Mempercepat penghentian perdarahan sesudah melahirkan pada ibu melalui
mekanisme perangsangan kontraksi otot rahim. Oleh karena itu, rahim ibu akan
lebih cepat kembali seperti semula.
ASI: Kado Istimewa dari Ibu untuk Sang
Buah Hati
Setelah pemaparan di atas mengenai ASI,
maka dengan niat serta tekad yang kuat untuk 'mencetak' generasi yang sehat,
maka ibu yang mau dan mampu memberikan ASI secara eksklusif kepada anaknya,
berarti telah memberikan hadiah yang sangat istimewa bagi buah hatinya. Banyak
sekali ibu yang dengan rela dan senang hati memberikan susu sapi pada anaknya
dengan berbagai alasan yang sesungguhnya masih dapat diatasi.
Kalaupun ibu tidak mampu memberikan
ASI-nya sendiri kepada bayinya karena permasalahan medis (yang sudah ditegakkan
diagnosa oleh dokter terutama praktisi laktasi), maka masih ada jalan penyusuan
melalui wanita lain (ibu susu). Yang terpenting dalam hal ini, ibu harus
memiliki niat untuk selalu memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. Dan yang
susu yang terbaik adalah ASI, bukan susu yang lain.
Sumber:
Buklet Tabloid Nakita, Bayi ASI, Bayi
Gold Medal, no. 488/th. X/9 Agustus 2008Buklet Tabloid Nakita, Indahnya Tahun
Pertama, no.522/th. X/30 Maret 2009Sunardi, dr., 2008, Ayah, Beri Aku ASI,
Aqwamedika : SoloTabloid Nakita no.464/th.IX/23 Februari 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar